Spekulasi bahwa apakah nenek moyang Indonesia memang memiliki peradaban yang tinggi hingga mampu membuat piramida,
agaknya terjawab sudah. Pasalnya, nenek moyang kita itu ternyata memang
mampu membuat bangunan hebat seperti itu, namun bukan di Gunung
Sadahurip, Garut, Jawa Barat, melainkan di Gunung Padang, Cianjur, Jawa
Barat.
Seperti dilansir VIVAnews, para ilmuwan
sudah tahu kalau sejak abad ke-16 Gunung Padang menyimpan situs
Megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Bahkan situs itu sudah dipetakan
oleh Puslit Arkernas. Sayang, kurangnya perhatian publik membuat
penemuan ini tenggelam dari hingar bingar perhatian, hingga Staf Khusus
Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, memublikasikan
kalau Gunung Sadahurip di Garut, Jawa Barat, diduga kuat merupakan
sebuah piramida yang usianya bahkan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Namun, klaim ini dibantah banyak arkeolog.
Dari sini, nama Gunung Padang sebagai situs Megalitikum terbesar di Asia Tenggara mulai kembali terekspos. Apalagi karena Tim Katastropik Purba dengan tegas mengatakan bahwa berdasarkan data geolistrik dan georadar, di Gunung Padang terdapat bangunan buatan manusia berteknologi tinggi dari masa 4.700 tahun Sebelum Masehi (SM).
Dr Didit Oentowirjo, salah satu anggota Tim Katastropik Purba, bahkan tengah mencoba menghitung jumlah batu dan orang yang mengerjakan struktur itu, dan berapa lama piramida di Gunung Padang itu dibangun.
Berikut ini perhitungan Didit; piramida
itu memiliki punden berundak lima tingkat dengan ukuran 50 m x 100 m x
tingginya 10 m. “Jika tiap batu dakon penyusunnya berukuran, 0,3 x 0,3 x
1,5 m, maka diperlukan 3.703.703 batu dakon,” demikian rilis Tim
Katastropik Purba yang diterima VIVAnews.com, Selasa 21 Februari 2012.
Sementara, untuk jumlah orang yang
membangunnya diperkirakan berjumlah 2.000 orang. “Tiap dua orang
mengangkat satu batu dakon dari lokasi pembuatan hingga puncak. Tiap
angkat lamanya 4 jam, dengan asumsi dalam sehari mereka bekerja selama 8
jam kerja. “Berarti tiap hari ada 2.000 batu yang terangkat.”
Berat satu batu dakon diperkirakan
sekitar 300 kilogram. Diperkirakan di masa itu, para pembangun
“piramida” sudah menggunakan teknologi katrol seperti timba — yang
mengurangi beban angkat dari 150 kilogram per orang, menjadi 75
kilogram.
Kemudian, terkait lamanya waktu
pembangunan, Didit membagi jumlah keseluruhan batu dakon dengan jumlah
batu yang terangkat dalam satu hari, yakni 2.000 batu. “Maka, diperlukan
1.851 hari atau lima tahun saja,” jelas tim.
Kesimpulannya, bangunan piramida
tersebut bukan tak masuk akal dilakukan saat itu. “Bangunan semegah
punden berundak 5 teras Gunung Padang bisa dibangun oleh 2.000 orang
warga 2 desa jaman baheula dalam waktu 5 tahun.”
0 komentar:
Posting Komentar